Aneurisma

Penyebab dan gejala Aneurisma Otak

Penyebab Aneurisma

Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang melemahkan dinding pembuluh darah. Berikut beberapa penyebab utama yang bisa memicu terjadinya aneurisma:

1. Faktor Genetik & Kelainan Bawaan

Beberapa kondisi bawaan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aneurisma. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Kelainan pada dinding pembuluh darah sejak lahir
    Struktur pembuluh darah yang lebih lemah dapat meningkatkan risiko aneurisma.
  • Penyakit Ginjal Polikistik
    Penyakit bawaan yang menyebabkan pembentukan kista pada ginjal dan melemahkan dinding pembuluh darah.
  • Sindrom Marfan & Sindrom Ehlers-Danlos
    Kelainan jaringan ikat yang menyebabkan pembuluh darah lebih rapuh.
  • Riwayat Keluarga
    Jika anggota keluarga memiliki aneurisma, risiko terkena aneurisma lebih tinggi.

 

2. Faktor Tekanan Darah & Pembuluh Darah

Tekanan darah tinggi dan kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah dapat memperbesar kemungkinan terbentuknya aneurisma. Beberapa faktor yang berkontribusi antara lain:

  • Hipertensi Kronis (Tekanan Darah Tinggi)
    Tekanan berlebih dalam arteri dapat menyebabkan pelemahan dinding pembuluh darah.
  • Aterosklerosis (Pengerasan Pembuluh Darah)
    Timbunan plak kolesterol dapat menyebabkan perubahan struktural pada dinding pembuluh darah, meningkatkan risiko aneurisma.
  • Cedera atau Trauma Kepala
    Dapat menyebabkan pembuluh darah di otak melemah atau robek, memicu aneurisma traumatik.
  • Infeksi Pembuluh Darah (Vaskulitis & Mycotic Aneurysm)
    Infeksi yang menyerang pembuluh darah dapat menyebabkan peradangan dan pelemahan arteri.

 

3. Faktor Gaya Hidup & Kebiasaan

Gaya hidup yang tidak sehat dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko aneurisma. Beberapa kebiasaan yang dapat mempengaruhi adalah:

  • Merokok
    Bahan kimia dalam rokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan meningkatkan risiko aneurisma pecah.
  • Konsumsi Alkohol Berlebihan
    Dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan memperburuk kondisi pembuluh darah.
  • Obat-obatan Terlarang (Kokain & Amfetamin)
    Dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah yang ekstrem, melemahkan dinding arteri.

 

4. Faktor Hormonal & Metabolisme

Perubahan hormon dan gangguan metabolisme juga dapat berkontribusi terhadap risiko aneurisma. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Penurunan Kadar Estrogen (Setelah Menopause)
    Pada wanita, estrogen membantu menjaga elastisitas pembuluh darah. Penurunan kadar estrogen setelah menopause meningkatkan risiko aneurisma.
  • Gangguan Metabolisme
    Kondisi seperti diabetes dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan aneurisma berkembang.

 

5. Faktor Medis & Prosedur Tertentu

Beberapa prosedur medis dan penggunaan obat tertentu dapat berpengaruh terhadap risiko aneurisma, antara lain:

  • Pembedahan atau Intervensi Medis pada Pembuluh Darah
    Terkadang, prosedur seperti angiografi atau operasi pembuluh darah dapat meningkatkan risiko aneurisma iatrogenik.
  • Penggunaan Obat Pengencer Darah dalam Jangka Panjang
    Bisa meningkatkan risiko perdarahan pada aneurisma yang sudah ada.

Gejala Aneurisma Otak

Aneurisma otak sering kali tidak menimbulkan gejala hingga ukurannya membesar atau mengalami kebocoran. Namun, beberapa aneurisma dapat memberikan tanda-tanda awal yang tidak boleh diabaikan. Berikut adalah gejala yang bisa muncul:

1. Gejala Aneurisma yang Belum Pecah (Unruptured Aneurysm)

Beberapa aneurisma yang belum pecah dapat menyebabkan tekanan pada struktur otak atau saraf di sekitarnya. Gejala yang bisa muncul meliputi:

  • Sakit kepala kronis atau sering tanpa penyebab yang jelas.

  • Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda atau kehilangan penglihatan sebagian.

  • Nyeri di sekitar mata atau di belakang kepala.

  • Mati rasa atau kelemahan pada satu sisi wajah.

  • Kesulitan berbicara atau memahami kata-kata jika aneurisma menekan area otak yang mengontrol bahasa.

  • Gangguan keseimbangan dan koordinasi.

 

2. Gejala Aneurisma yang Bocor (Leaking Aneurysm)

Kebocoran kecil pada aneurisma sering menjadi tanda peringatan sebelum pecah total. Gejala utama adalah:

  • Sakit kepala mendadak dan sangat intens (thunderclap headache), yang sering disebut “sakit kepala terburuk dalam hidup Anda”.

  • Mual dan muntah, terutama jika muncul bersamaan dengan sakit kepala.

  • Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia).

  • Pusing atau kehilangan keseimbangan.

 

3. Gejala Aneurisma yang Pecah (Ruptured Aneurysm)

Ketika aneurisma pecah, ini adalah kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Gejala yang muncul biasanya sangat parah dan tiba-tiba, meliputi:

  • Sakit kepala ekstrem dan tiba-tiba (lebih buruk dari sakit kepala biasa).

  • Kehilangan kesadaran atau pingsan.

  • Leher kaku dan sulit digerakkan.

  • Kejang atau kehilangan kontrol tubuh.

  • Gangguan bicara atau kesulitan memahami kata-kata.

  • Gangguan pernapasan jika perdarahan mempengaruhi batang otak.

Penting: Jika seseorang mengalami gejala aneurisma pecah, segera hubungi layanan medis darurat. Semakin cepat mendapatkan perawatan, semakin besar peluang bertahan dan pulih dari kondisi ini.